Senin, 22 Oktober 2012

Osteoporosis



Osteoporosis ialah keadaan berkurangnya massa tulang, sehingga keropos  dan  mudah patah. Puncak massa tulang pada usia 30 tahun, selanjutnya melewati umur tersebut terjadi penurunan. Faktor penyebab osteoporosis, meliputi:  faktor  sejarah  keluarga,  reproduktif, gaya hidup, pemakaian obat, kondisi medis, dan endogenik. Kalsium yang berfungsi sebagai pembentuk tulang perlu dipenuhi oleh  penderita osteoporosis, agar massa tulangnya tidak berkurang. Manula dan  wanita  menopause membutuhkan kalsium sampai  1.200-1.500  mg/hari.  Osteoporosis  mengakibatkan  patah tulang yang paling sering adalah pada punggung  (vertebra  spinalis,  torakalis,  lumbalis), paha (leher femur, trochanterica), dan lengan  bawah  (distal  radius).  Patah  tulang  dapat dicegah  dengan  melakukan  latihan  beban.  Program   latihan   beban   yang   baik   harus dilakukan hati-hati, progresif,  bersifat  individual,  beban  disesuaikan,  berkelanjutan, menghindari bagian  tubuh  yang  lemah,  didampingi  instruktur,   dan   dengan   petunjuk dokter. Latihan beban dapat dilakukan  dengan  dumbbell,  berat  badan  sendiri,  leg  press machine dan pita elastis

Kamis, 02 Februari 2012

MANFAAT MIKROALGA

Mikroalga merupakan sumber potensial bagi produksi polisakarida, lemak, protein, enzim, antibiotik dan lainya, yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Ada dua macam produk utama dari mikroalga yaitu produk endoseluler seperti gliserol, protein, lemak, pigmen, dan lainya, serta produk eksoseluler seperti polisakarida dan hidrokarbo. Sejumlah mikroalga memproduksi eksopolisakarida yang sangat potensial untuk industri pangan seperti thickeners, gelling agent, stabilizer, baik dalam industri pangan, tekstil, cat, kosmetik, kertas maupun farmasi. Biopigmen atau zat pewarna alami merupakan bahan yang penting dalam industri baik pangan (makanan dan minuman), maupun non pangan (obat-obatan, kosmetika, farmasi). Selain untuk menentukan penerimaan produk oleh konsumen, pigemen juga berperan sebagai salah satu indikator mutu pangan dan non pangan. Permintaan dan penggunaan zat pewarna alami akan terus meningkat karena tekanan dari masyarkat terutama negara-negara maju untuk beralih dari pewarna sintesis ke pewarna alami. Hal ini disebabkan karena beberapa pewarna sintesis diketahui bersifat toksik dan karsinogen. Selain manfaat mikroalga sebagai polisakarida masih banyak lagi manfaat yang lain yang sangat penting dalam kehidupan, misalnya sebagai biosalikon yang dapat diaplikasikan untuk bahan biosensor, biochip, fiber optik, pengemasan, filter agent, anti caking dan clarifier.

GMP DAN SSOP PADA PERUSAHAAN

GMP (Good Manufactering Practies) merupakan suatu pedoman bagi industry pangan, bagaimana cara bereproduksi bahan pangan terutama udang beku yang baik sesuia dengan kualitas ekspor. GMP merupakan persaratan utama sebelum suatu industri pangan dapat memperoleh sertifikat system HACCP (Hazart Analysis Crtitical Points). GMP sudah menjadi pedoman yang dikenal baik oleh sebagian besar negara di dunia, khusus bagi industri-industri pangan di Indoensia melalui keputuan Menteri Kesehatan Nomor:23/Men.Kes/SK 1978 (Winarno, 2002). Salah satu komoditas perikanan Indonesia yang sampai sekarang masih menjadi primadona adalah udang. Udang merupakan salah satru sumber daya hayati laut yang tersedia hampir di seluruh perairan Indonesia dan merupakan salah satu komoditas ekspor andalan dari sub sector perikanan. Setiap tahunnya,terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor udang ke Negara-negara tujuan ekspor seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Departemen Pertanian, 1999).

Udang merupakan komoditi ekspor hasil perikanan terbesar Indonesia di atas komoditas ikan tuna yang menempati urutan kedua. Dilihat dari data volume ekspor udang Indonesia ke mancanegara dari bulan Januari sampai dengan November pada tahun 2008 mencapai 158.000 ton sedangkan volume ekspor ikan tuna hanya mencapai 111.000 ton. Volume ekspor udang ini meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya mencapai 154.747 ton (DJP2HP 2009). Sebagai komoditi perdagangan ekspor maka udang senantiasa dituntut memiliki mutu yang prima. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem jaminan, pengendalian dan pengawasan mutu hasil perikanan.

Kendala yang sering muncul pada berbagai perusahaan pengolahan udang adalah kekurangan bahan baku udang, kesalahan label produk, adanya embargo oleh importir karena teridentifikasinya senyawa antibiotik, masalah sanitasi dan lain sebagainya. Maka untuk mengantisipasi masalah tersebut perusahaan pengolahan udang diwajibkan melakukan kebijakan dalam penerapan program manajemen mutu terpadu yang berkonsepsi pada prinsip Hazard Analysis Critical Control point (HACCP). HACCP merupakan merupakan manejemen khusus untuk bahan makanan termasuk hasil perikanan yang didasari pada pendekatan sistematika untuk megantisipasi kemungkinan terjadinya bahaya (Hazard) selama proses produksi serta menentukan titik kritis yang harus dilaksanakan pengawasan secara ketat.

Tujuan utama menerapkan HACCP adalah memberikan jaminan mutu meningkakan mutu produk, meminimalkan kecacatan produk dan keluhan konsumen serta memberikan efisiensi jaminan mutu. Keuntungan lain dari penerapan HACCP adalah penggunaan sumberdaya secara lebih baik dan pemecahan masalah lebih tepat (Mayes, 2001). Sistem HACCP dikenal secara luas oleh industri pangan sebagai suatu tindakan pengendalian terhadap risiko bahaya yang dapat memberikan efek merugikan terhadap keamanan pangan (Asian Productivity Organization, 2005).

KOMPOSISI DAGING IKAN KAKAP

Komposisi kimia daging ikan terdiri dari air pada kisaran normal 66-81 % dan maksimalnya 96 %, protein pada kisaran normal 16-21 % dan maksimal 28 %, lemak kisaran normal 0,2-25 % dan maksimal 67 %, karbohidrat < 0,5 % dan abu kisaran normal 1,2-1,5 % dan maksimalnya 105 % (Bahar, 2004). Selanjutnya Poernomo (2002), bila kandungan air dalam suatu daging berjumlah 80 %, sekitar 75 % merupakan air bebas, dan sekitar 5 % merupakan air yang terikat kuat pada molekul senyawa hidrofilik, terutama protein.

Protein adalah senyawa yang paling terpenting dalam daging ikan yakni 50,6-54,5 %. Lemak ikan dikategorikan menjadi tiga golongan yakni ikan kurus (kurang dari 2 %), ikan medium (2-5 %) dan ikan berlemak (lebih dari 5 %). Sementara karbohidrat terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam daging ikan.

Ikan mengandung protein yang cukup tinggi dan komposisi asam aminonya tidak sama dengan hewan darat. Ditinjau dari asam aminonya, maka protein ikan diklasifikasikan sebagai sumber protein yang cukup tinggi sebab mengandung asam amino esensial yang lengkap (Naruki, 1991). Protein merupakan komponen utama dalam sel hidup dan memegang peranan penting dalam proses kehidupan. Hasil-hasil yang umum digunakan sebagai sumber protein adalah daging (sapi, kerbau, kambing, dan ayam), telur (ayam dan bebek), susu dan hasil-hasil perikanan seperti ikan, udang dan kerang (Winarno et al., 1993).

IKAN ASIN

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai perikanan laut yang cukup besar. Potensi sumber daya ikan di laut Indonesia diperkirakan mencapai 6.7 juta ton per tahun Kegiatan pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu usaha pemanfaatan hasil perikanan dalam rangka memperbaiki mutu dan memberikan nilai tambah serta daya awet pada produk perikanan. Di Indonesia produk-produk hasil perikanan dibagi dalam dua bentuk, segar dan olahan, sejumlah 2.076.808 ton dipasarkan segar dan 457.406 ton diolah secara tradisional (Direktorat Jenderal Perikauan, 1999). Semakin meningkatnya produksi ikan, maka penanganan pasca panen melalui pengawetan sangat diperlukan untuk memperpanjang masa simpan ikan saat musim ikan melimpah. Berbagai macam pengawetan ikan diaritaranya penggaraman. Penggunaan garam selain sebagai pemberi rasa juga sebagai pengawet.

Garam berfungsi sebagai penghambat mikroorganisme (pembusuk, proteolitik, dan pembentuk spora). Penggunaan garam pada ikan (ikan asin ) merupakan salah satu pengawetan yang bertujuan mengurangi kadar air sampai titik tertentu dimana bakteri tidak dapat hidup dan berkembang kembali. Penggaraman adalah prosedur populer untuk melestarikan ikan. Metode penggaraman yang sederhana adalah melibatkan kristal garam atau air garam. Ada tiga jenis penggaraman ikan yaitu: penggaraman kering, penggaraman basah dan kombinasi dari dua metode. Metode penggaraman serta konsentrasi garam yang ditambahkan dapat mempengaruhi daya awet hal ini tergantung pada produk akhir ikan asin yang diharapkan (Bellagha et al., 2007).

Ikan asin merupakan salah satu sumber makanan yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena banyak mengandung protein yang cukup tinggi, mengandung asam amino esensial, nilai biologisnya tinggi dan harganya yang masih relative murah jika dibandingkan dengan sumber protein hewan lainnya (Kurosawa, 2003; Adawyah, 2007). Dengan kandungan protein yang tinggi ikan asin merupakan komoditi yang mudah busuk jika terkontaminasi oleh kapang, jamur dan bakteri sehingga diperlukan usaha untuk mempertahankan daya awet dan daya simpan dari produk tersebut. Salah satunya dengan melakukan proses penggaraman dengan konsentrasi kadar garam yang tinggi (Djarijah, 1995).